Selasa, 20 Desember 2016

Tentang..

Tetaplah engkau disini
jangan datang lalu kau pergi
jangan anggap hatiku
jadi tempat persinggahanmu
untuk cinta sesaat

-- HiVi - Pelangi

Bait lagu HiVi cukup untuk mewakilkan perasaan kami sebagai wanita yang menjadi tempat persinggahan kalian, wahai Tuan yang mempunyai hak penuh untuk memilih.


Terlibat perasaan yang mendalam selama setahun, dua tahun, lima tahun, bahkan sepuluh tahun atau lebih dengan seorang pria adalah hal luar biasa yang pernah kami rasakan. Kami menggantungkan harapan yang cukup besar, setelah banyak hal yang kita lalui berdua.


Kita sama-sama pernah merasakan malu untuk memulai komunikasi disaat awal perkenalan. Kita merasakan indahnya saling jatuh cinta dan menjaga rasa itu tetap utuh bertahun-tahun lamanya. Kita pernah melewati pertengkaran demi pertengkaran yang memproses kita menjadi pribadi yang lebih bijaksana dan lebih dewasa. Bahkan kita sama-sama pernah mengimpikan membangun sebuah keluarga kecil.


Ingatkah kamu saat aku merasa belum siap diperkenalkan dengan keluargamu? Kamu meyakinkan, seolah akulah wanita yang pantas untuk menjadi bagian dari keluarga besarmu. Begitupun sebaliknya, saat kita bersusah payah meyakinkan keluarga besarku agar kamu dapat diterima seperti keluargamu menerima kehadiranku.



Tidak cukupkah kisah kasih sederhana itu mengantarkanmu pada tujuan akhir (bersamaku)?

Bukan perkara kami menggantungkan harapan besar pada kalian, kami pun tidak mau menjadi manusia munafik. Sederhananya, pantaskah waktu yang kami berikan berakhir dengan ketidakpastian? 


Kami hanyalah wanita yang lekat dengan kata lemah dan rapuh, selain rasa cinta dan sebentuk kasih sayang, apalagi yang bisa kami tunjukkan kepada kalian? Jangankan untuk bernyaman-nyaman dengan beberapa lelaki, mencari satu saja sulit rasanya. Jika sudah merasakan nyaman pada satu tempat, kami akan berusaha menjadikan itu surga yang tidak akan pernah kami tinggalkan.


Untukmu Tuan pemilik rasa, jika kalian belum siap menjadikan kami pelabuhan terakhir, ada baiknya kalian terus berlayar hingga benar-benar lelah. Carilah apa yang kalian inginkan, temukan apa yang menurut kalian pantas. Jangan jadikan kami persinggahan sementara. Meninggalkan harapan, lalu pergi tanpa kata, mencari tempat berlabuh lainnya.



Parahnya, harapan yang kalian tawarkan menyebabkan kami terpaku pada satu tempat dengan alasan klasik -- 'menunggu' (sesuatu yang tidak pasti)

Kami tahu pilihan ada ditangan kalian, secantik, sepintar, atau sesukses apapun kami -- kaum wanita, tetaplah kalian yang akan menentukan. Memastikan siapa yang berhak mendampingi hidup kalian. Tapi, sekali lagi kami mohon jika belum ada niat untuk memilih, jangan hujani kami dengan harapan kosong.



Bila tak ingin disini, jangan berlalu-lalang lagi
Biarkanlah hatiku, mencari cinta sejati
-- HiVi - Pelangi

Terbit di hipwee tanggal 02 Desember 2016

Senin, 21 November 2016

Dear Ayah dan Ibu dari Ibundaku..

Seraut wajah keriput di depan saya bercerita kisah tujuh puluh tahun yang lalu. Tentang perjalanan karir dan pertemuannya dengan seorang lelaki TNI Angkatan Darat yang meminangnya beberapa bulan setelah perkenalan. Beliau adalah kakek yang belum pernah saya lihat raganya. Hanya cetakan foto usang yang dapat membuktikan bahwa saya dilahirkan dari seorang ibu yang mempunyai ayah dan ibu hebat. Ya, kakek dan nenek saya.

Matanya tak berkedip sambil mengernyitkan dahi, mencoba mengingat kenangan masa lalu yang membuatnya tersenyum hingga hari ini. "Coba buka album itu", katanya sembari menunjukkan album usang yang berisikan foto hitam putih. "Hanya ini foto-foto yang tersisa, yang lain entah kemana, mungkin dimakan tikus atau rayap", candanya diikuti senyum lebar yang memperlihatkan gigi palsu.

Foto usang itu adalah bukti, bahwa ada cerita luar biasa beberapa puluh tahun yang lalu

Sambil menunjuk foto wanita yang umurnya sekitar 18 tahunan mengenakan kebaya dan kain panjang yang dibalut membentuk rok. "Saat awal nenek menjadi seorang guru Sekolah Rakyat (saat ini Sekolah Dasar)", terangnya. Dahulu, tidak mudah bagi rakyat biasa mengikuti pendidikan di bangku sekolah. Nasib baik bagi nenek diterima dan belajar di Sekolah Rakyat yang didirikan pada zaman penjajahan Jepang.


Pada zaman itu, Indonesia sedang krisis tenaga pengajar (guru), akibat lonjakan bertambahnya siswa yang ingin mengemban ilmu di Sekolah Rakyat. Akhirnya, nenek mendapat tawaran menjadi guru Sekolah Rakyat dengan mengikuti Sekolah Guru Bawah, dimana yang dapat mengikuti pendidikan ini hanyalah murid yang telah tamat di Sekolah Rakyat.

Setelah mengajar beberapa tahun, nenek melanjutkan Kursus Guru Besar dan mendapatkan ijazah resmi sebagai tenaga pengajar ahli. Enam puluh tahun lamanya nenek menggeluti profesi sebagai seorang guru. Beberapa murid yang masih mengingatnya sering bercerita dan berterimakasih karena melalui nenek (perpanjangan tangan Tuhan) mereka dapat sukses seperti saat ini.

Selain mengajar, nenek juga terampil menjahit dan menyulam, biasanya dilakukan pada malam hari sebelum tidur. Usai mengajar, nenek menyempatkan diri untuk menjajakan dagangan di Janjang Ampek Puluah (Bukittinggi -- Sumatera Barat).


"Lakukan apa yang bisa kamu lakukan hari ini"
-- Nenek

Tangan keriput nenek kembali membalikkan lembar album foto usang tadi, menunjuk pria yang sedang berfoto dengannya. Di foto itu terlihat sang pria mengenakan jas hitam celana hitam, rambutnya ditutupi peci berwarna hitam. Yang saya lihat masih foto berwarna hitam putih.

Usai meneguk air putih yang diletakkan kembali di meja tepat di samping nenek, nenek melanjutkan ceritanya tentang kakek. Tak banyak cerita yang bisa saya tangkap, yang saya pahami kakek adalah pasukan tentara Indonesia yang turut serta membela dan menjaga NKRI. Kakek juga merupakan orang kepercayaan Bapak Soemitro Djojohadikoesoemo pada saat itu. 

Kakek dan nenek saya adalah warga negara Indonesia yang bersuku Minang. Nenek adalah istri kedua kakek, buah dari pernikahan itu adalah ibu saya. Dari istri pertama, kakek memiliki enam orang anak. Sungguh keluarga yang besar bukan? Inilah yang membuat saya semakin bahagia.


Kita tidak bisa memilih dari keluarga mana kita dilahirkan. Tapi kita bisa memilih, keluarga seperti apa yang akan kita buat..
-- Fazar Firmansyah
Walaupun belum pernah melihat raga kakek, belum pernah merasakan sentuhan tangan kakek, saya yakin kakek adalah sosok hebat yang sangat menyayangi keluarga. Saya tidak mengatakan bahwa saya cucu yang kurang beruntung, hanya saja berbahagialah kalian yang masih bisa merasakan kasih sayang kakek dan nenek secara nyata dan utuh.

Kakek dan nenek adalah sosok pahlawan yang secara langsung dapat saya rasakan dampaknya di kehidupan nyata. Sosok tentara yang disiplin dan sosok guru yang cerdas adalah dua perpaduan yang sempurna bukan? Dari perpaduan sempurna tersebut lahirlah anak-anak dan cucu-cucu yang luar biasa.

Terbit di hipwee tanggal 30 November 2016

Selasa, 08 November 2016

Terima Kasih, Karena Hadirmu Mengajarkanku 5 Hal Berharga ini


Dibawah langit-langit kamar, ditemani lagu Isyana yang kuputar berulang kali hingga tulisan ini selesai kutulis. Juga lagu yang menjadi andalanmu dan sering kamu putarkan saat kita berdua menikmati kemacetan jalanan ibu kota.
"Kau adalah yang terindah yang membuat hatiku tenang"
Dipertemukan denganmu adalah anugerah terindah yang semesta berikan padaku, sekalipun semesta tidak pernah setuju atas penyatuan dua hati ini. Tetapi kebahagiaan mengenalmu tak dapat aku tukar dengan apapun.

Ada lima hal yang membuatku tidak menyesal atas cinta tak bisa memiliki ini. Aku yakin kemudian cinta bisa mengalah..

1. Tentang  Arti Kehidupan

Ingatkah saat kamu bertanya tujuan hidupku? Aku menjawab sesuai dengan porsiku sebagai belia 20 tahunan. "Mencari kebahagiaan", kataku. Dan ketika aku balikkan pertanyaan itu kepadamu, dengan tegas kamu menjawab tujuanmu dalam hidup adalah untuk membahagiakan banyak orang.
"Dengan adanya hadirku, kuharap orang-orang merasakan bahagia seperti yang kurasa"
Paling tidak dengan kalimat sederhana yang kau ucapkan, aku menyadari bahwa hidup bukan tentang kebahagiaanku saja, melainkan kebahagiaan banyak orang, terutama orang-orang disekitarku.

2. Tentang Menjadi Diri Sendiri

Kita sempat berdebat beberapa kali. Mendengar ocehanmu ketika aku tak berperilaku seperti adanya aku. Ketika aku berusaha tampil layaknya orang lain, seolah tak bersyukur atas apa yang aku punya.
"Jangan memerankan orang lain dalam hidup, jadilah apa adanya kamu"
Kamu sangat menentang alasanku agar lebih dihargai orang lain, makanya aku berusaha untuk menjadi sempurna, tanpa sadar aku memerankan orang lain. Katamu, penghargaan jangan dicari, selagi ukurannya masih manusia tidak akan ada habisnya. Biarlah Tuhan yang menilai.

3. Tentang Kesedihan yang tidak Berarti Apa-apa

Karena normal setiap manusia bersedih. Aku yang tak henti berkeluh kesah tentang kesedihanku, dan kamu yang tak pernah bosan mendengar keluh-kesahku. Kamu tahu mengapa aku benar-benar mengagumi sosok sepertimu? Karena kamu tidak pernah meninggalkanku sendiri, saat aku diterpa masalah.
"Jangan menganggap dirimu orang yang paling menderita, lihat disekelilingmu, masih ada yang lebih menderita dan lebih bersedih"
Dengan sabar mendengarkan cerita kesedihanku, lalu kembali memberi pandangan, bahwa masih ada yang lebih menyedihkan dan lebih menderita daripada aku. Toh, kita ataupun mereka masih bisa melanjutkan hidup, dan harus tetap melanjutkan hidup. Jangan terlalu sering melihat kebelakang, hingga menghabiskan usia produktif hanya karena kesedihan-kesedihan tak berarti.

4. Tentang Menjadi Pribadi yang Baik dari Hari ke Hari

Usiaku yang masih tergolong muda, terkadang dikendalikan oleh ego dan amarah. Saat dikendalikan oleh keduanya, yang ada hanyalah fikiran-fikiran negatif. Saat fikiran negatif itu memecah konsentrasiku, kamu datang sebagai penyejuk agar aku dapat mengendalikan ego dan amarah itu, sehingga aku bisa berfikir jernih kembali.
"Kita dapat membahas apa saja, cari tahu sebanyak-banyaknya, agar otak terisi terus"
Perbincangan berkualitas yang setiap hari kita bahas membuatku jadi pribadi yang ingin lebih banyak tahu. Perlahan aku jadi suka membaca, agar tidak dibilang kudet. Aku mencoba-coba jadi penulis amatir, karena katamu menulis adalah cara terbaik untuk menenangkan diri.

Aku tidak mengatakan bertemu denganmu aku langsung menjadi pribadi yang baik, paling tidak saat ini aku mampu menghadapi suatu hal atau masalah dengan logika yang baik, fikiran terbuka dan positif. 

5. Tentang Hubungan yang Lebih Menyamankan yaitu Persahabatan

Terkadang aku merasa kesal dan marah sendiri saat menyadari kenyataan bahwa kamu dan aku tidak dapat bersatu dalam sebuah ikatan. Mengutuk keadaan mengapa cinta datang di waktu yang salah.
"Perlahan kamu membantuku melihat kebenarannya, bahwa ada hubungan yang lebih menyamankan dan dapat berlangsung selamanya daripada cinta yang aku sesalkan" 
Ya, katamu persahabatan ini akan berlanjut selamanya. Setahun, lima tahun, sepuluh tahun, bahkan sampai kulit kita keriput, rambut kita berwarna putih, dan kondisi terparah saat kita tak dapat mengingat lagi satu sama lain.

Karena cinta bukan hanya tentang sepasang manusia yang ingin disatukan dalam ikatan pernikahan. Cinta itu tak terlihat, hanya bisa dirasakan, dirasakan oleh siapa saja dan untuk siapa saja.


Diposting di hipwee.com tanggal 8 November 2016

Selasa, 01 November 2016

Dua Hari..


Dua hari tidak menerima dan membaca pesan singkatmu. Dua hari tidak tahu kegiatan apa saja yang kamu lakukan. Sudah dua hari lamanya, aku hampir terbiasa tanpa suara dan gelak tawa itu. Dua hari, apakah kamu baik-baik saja?

Sudah seharusnya aku belajar tersenyum tanpa pesan singkatmu, tertawa tanpa candamu, bernafas tanpa kehadiranmu.

Tuan, teruslah begini, hingga semua ini benar-benar kita sudahi. Kamu tak perlu datang lagi menawarkan kebahagiaan. Kita hanyalah sepasang yang cintanya tak akan pernah terjadi, kita berdua sangat sadar akan hal itu, semesta tidak akan pernah memihak kita.

Kamu berhak bahagia, begitu pula aku. Kita tetap akan bahagia, meskipun tak  bersama.



"Dari aku, yang akan tetap tersenyum sebanyak-banyaknya.

Kamis, 20 Oktober 2016

Selamat datang 25..


Hari ini, 21 Oktober, 25 tahun yang lalu saya hanyalah seorang bayi mungil yang dilahirkan dari seorang ibu tangguh, dibesarkan oleh kedua orang tua dengan kasih sayang yang utuh.

Waktu begitu cepat berlalu, baru kemarin rasanya saya merasakan bagaimana diumumkan menjadi seorang jawara kelas, baru kemarin rasanya saya merasakan menjadi perwakilan sekolah untuk mengikuti pertandingan volley antar sekolah se-provinsi, baru kemarin rasanya saya mengenakan seragam putih abu-abu dan bergelak-tawa di dalam kelas hingga membuat seorang guru matematika menangis, baru kemarin rasanya saya mengejar dosen kesana kemari untuk bimbingan atau sekedar meminta tanda tangan, baru kemarin rasanya saya kesana kemari memasukkan lamaran pekerjaan agar tidak dibilang pengangguran.


Untuk urusan cinta, mungkin saya termasuk golongan orang yang terlambat mengenal cinta. Saat teman-teman saya telah mengenal cinta di bangku sekolah menengah pertama, saya baru bisa merasakan cinta yang sesungguhnya di bangku sekolah menengah atas. Saya masih ingat betul tanggalnya, 24 Januari 2007. Seorang pria yang saya kenal dari media sosial. Terdengar lucu, tapi dialah cinta pertama saya. Pria yang satu tahun lebih tua dari saya. Sayangnya hanya beberapa bulan kisah cinta yang saya dan dia jalani, karena keterbatasan jarak atau yang sering disebut long distance relationship.

Saya wanita yang sulit jatuh cinta, apabila telah menetapkan hati pada satu pilihan, maka akan berusaha mempertahankan apa yang saya pilih. Tapi sayangnya kebanyakan pilihan-pilihan itu salah, mungkin bukan saya yang salah memilih mereka, namun mereka yang salah memilih saya. Hehe..


Termasuk jatuh cinta yang saya rasakan hingga hari ini. Bukan perkara jatuh cintanya, tapi dengan siapanya. Lagi dan lagi sepertinya pilihan hati saya salah. Seorang pria yang tak bisa saya jamah hatinya. Bertepuk sebelah tangan? Tidak juga.. Bukan itu masalah utamanya. Ada baiknya saya berfikir, menerima kenyataan tidak akan pernah bisa menjadi bagian hidupnya lebih indah daripada terus-terusan berada di pelukannya dalam ketidakpastian.


Seperti artikel-artikel yang saya baca, mungkin saya dalam fase krisis seperempat baya, yang katanya terjebak pilihan-pilihan dalam hidup, fase dimana merasa hidup secara autopilot.


Tetap saja hidup bukan tentang teori-teori yang kita baca pada artikel. Beruntung jika teori tersebut bisa diaplikasikan ke kehidupan nyata. Nah, kalau orangnya bebal seperti saya bagaimana? Mau teori atau nasehat, kalau hati yang sudah berbicara logika selalu kalah. Semoga akan berubah seiring bertambahnya usia dan kedewasaan. Yang saya Ingin adalah tersenyum sebanyak-banyaknya dan mengurangi kesedihan, mungkin untuk bersedih saya beri waktu satu jam saja.


Daripada memikirkan cinta-cintaan atau kesedihan-kesedihan yang tidak berguna, lebih baik saya mulai memikirkan pekerjaan yang dapat menjadi sandaran saya hingga tua nanti (baru juga 25 udah mikir hari tua), bagaimana caranya menggendutkan tabungan, memiliki benda-benda berharga, konsep pernikahan (cari aja dulu calonnya!). Ah, begitulah! Memang banyak maunya.


Alangkah saya menikmati segala proses dan pencapaian hingga hari ini. Tumbuh dan berkembang di keluarga yang mendukung penuh segala keputusan saya. Mempunyai sahabat yang tidak pernah meninggalkan saya dalam keadaan apapun. Bertemu dengan orang-orang bijak yang menjadikan saya pribadi yang bijak pula, yang mengajarkan saya bagaimana menjadi sebaik-baiknya manusia. Dibuat jatuh bangun oleh cinta. Setiap orang yang datang dan pergi, saya percaya mereka dihadirkan untuk mengajarkan.

Tidak henti-hentinya saya berucap syukur atas nikmat yang diberikan oleh Yang Maha Kuasa. Saya bangga dan teramat bahagia menjadi saya..

Jumat, 07 Oktober 2016

Menuju DKI 1..

Pic: http://www.plimbi.com/article/163742/cagub-alternatif-dki1-untuk-jakarta-berwarna-

Rutinitas saya di pagi hari, sama seperti biasanya. Bangun, kemudian mandi, kemudian berangkat ke kantor, kemudian menyalakan komputer, kemudian menyempatkan diri beberapa menit untuk sedikit menambah wawasan. Yap! Membaca berita.

Bedanya dengan hari-hari kemarin, ada berita yang paling menggelitik dan masih ramai diperbincangkan hingga sore ini, yaitu mengenai Bapak DKI 1 atau Bapak Basuki atau Bapak Ahok yang (katanya) sebut Al Quran sebagai kitab yang membodohi umat islam.

Penasaran dimulai, saya mencari rekaman video yang berisikan pendapat Bapak Ahok mengenai kitab yang membodohi tersebut. Rekaman berdurasi 1 jam 48 menit, lokasinya di Kepulauan Seribu, disaksikan oleh warga setempat dan juga beberapa media, sesi tanya jawab berlangsung meriah, sebenarnya bukan tanya jawab, lebih ke diskusi antara warga dan sang gubernur. Meskipun tidak semua yang ingin bertanya atau berpendapat dapat menyalurkan unek-uneknya karena keterbatasan waktu, Bapak Ahok masih memberi kesempatan kepada beberapa orang warga.

Pada video tersebut jelas Bapak Ahok mengatakan jika tidak terpilih pun (menjadi gubernur) program akan terus berjalan, warga bisa saja tidak memilih (Pak Ahok) karena dibohongi pakai surat Al Maidah Ayat 51 (tafsiran Al Maidah ayat 51: jangan mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin). Bapak Ahok juga mempersilahkan warga untuk tidak memilihnya apabila ada calon pemimpin yang lebih baik dan lebih jujur.

Lalu letak kesalahannya dimana? Berulang kali saya memutar video tersebut pada menit ke 23 hingga 25. Apa karena saya mengaggumi Bapak Ahok sehingga tidak melihat kesalahan seperti yang orang-orang lihat? Tidak juga. Saya masih dapat berfikir menggunakan logika. Apalagi ini menyangkut agama. Saya muslim, sedikit banyak tahu lah tentang agama.

Pemberitaan miring yang saya baca, Bapak Ahok sebut umat islam telah dibohongi sutrat Al Maidah Ayat 51. Kalau membaca berita sepotong-sepotong (mungkin) saya juga akan membenci Bapak Ahok. Kitab agama saya dilecehkan, jelas saya berontak. Tapi faktanya kan bukan begitu. Maksud Bapak Ahok di video itu, kita (umat muslim) jangan mau dibodohi menggunakan surat Al Maidah Ayat 51. Siapa yang membodohi? Tentunya pihak-pihak yang berkepentingan, yang tidak menginginkan Bapak Ahok untuk maju kembali menjadi DKI 1.

Wajar sih menjelang pilkada akan ada saja berita-berita semacam ini. Intinya hak pilih ada ditangan masing-masing individu bukan? Kita akan memilih pemimpin yang sesuai dengan hati nurani kita, pemimpin yang menurut kita dapat memimpin daerah dengan baik, tanpa paksaan dari pihak manapun. Mau itu Bapak Ahok, Bapak Anis, ataupun Bapak Agus, percayalah berita miring mengenai ketiga tokoh ini akan berseliweran di pemberitaan pilkada. Intinya sejauh mana kita dapat mencerna berita tersebut. Mau kita tanggapi secara positif atau negatif. Semua punya hak yang sama dalam berpendapat. Tidak usah berargumen ini itu agar dibilang benar, karena jika salah akan malu sendiri nantinya.

Selasa, 06 September 2016

Tujuh September untuk yang ke-empat-puluh-tujuh kalinya


Dear ibundaku tersayang, mama..

Empat puluh tujuh tahun yang lalu di tanggal tujuh bulan September tahun seribu sembilan ratus enam puluh sembilan, mama lahir ke dunia. Dibesarkan oleh seorang wanita dan pria yang luar biasa, nenek dan kakek yang saya sayangi. 

Dua puluh lima tahun yang lalu di tanggal dua puluh satu bulan Oktober tahun seribu sembilan ratus sembilan puluh satu, mama melahirkan saya ke dunia, menjadi seorang ibu. Dengan kasih sayang yang tak kalah luar biasa membesarkan saya, seperti saat nenek membesarkan mama.

Selama dua puluh lima tahun, banyak hal yang mama lalui dalam membesarkan saya. Jalannya tidak selalu mulus. Saya tahu. Saat waktu tidur mama terganggu akibat pekikan saya di malam hari karena kehausan ingin minum susu atau akibat popok yang basah. Saat mama menatah saya belajar berjalan hingga bisa berlari dengan dua kaki saya sendiri. Saat celotehan saya mengganggu hari-hari mama dengan pertanyaan yang tidak penting, mama tetap meladeni dan menjawab dengan sabar.

Bahkan ketika tumbuh menjadi remaja, mama cukupkan segala kebutuhan saya. Menyekolahkan saya, hingga saat ini saya menjadi seorang sarjana. Padahal pendidikan terakhir mama hanya tamatan SAA (setara SMA), mama selalu mengatakan, bahwa saya harus bisa lebih hebat daripada mama.

Ma, tahukah mama, rasanya sungguh berat untuk bisa menjadi seperti mama. Wanita tangguh yang mampu berdiri dengan kedua kakinya sendiri, melakukan segala hal dengan kedua tangannya sendiri, tentunya dengan kecerdasan yang mama miliki. Hingga saat ini saya berusia dua puluh lima tahun, saya masih merasa belum ada apa-apanya.

Mama membesarkan tiga orang anak dengan tiga kepribadian yang berbeda. Saya paham betul yang mama rasakan ketika menghabiskan banyak uang untuk menyekolahkan abang, tapi tidak dapat melihatnya memakai toga. Saya juga selalu merasa berdosa ketika mengingat saat saya tidak menghiraukan mama karena melarang saya berhubungan dengan lelaki yang menurut mama tidak baik untuk saya, naluri seorang ibu yang saya patahkan saat itu. Dan saat ini tengah berjuang kembali menyekolahkan adik yang masih duduk di bangku sekolah dasar.

Saya tidak pernah mendengar keluhan dari bibir mama. Mama pun tak pernah menuntut apa-apa dari saya, mama hanya berbahagia melihat pencapaian dan perkembangan saya hingga hari ini.

Wanita yang selalu saya banggakan, selamat ulang tahun untuk yang ke empat puluh tujuh kalinya. Terimakasih telah membesarkan dan menjadi ibu yang teramat baik. 

Sehat-sehat selalu ya ma..

Saya berharap Tuhan selalu melindungi mama, Tuhan memberikan izin agar mama dapat melihat perkembangan saya hingga nanti. Menjadi orang yang paling bahagia seiring perjalanan hidup saya.

Maafkan ulang tahun kali ini saya tidak berada dekat dengan mama, memberikan kue ulang tahun dengan hiasan lilin yang selalu saya bawa ke hadapan mama setiap pukul 00.00 untuk ditiup dan dipotong, serta tidak dapat memeluk erat tubuh mama.

Wanita yang selalu saya rindukan, sejauh apapun jarak saya dan mama saat ini, saya percaya hati kita berdekatan. Tuhan selalu punya cara menghangatkan walaupun dengan tidak berpelukan.

Sekali lagi terimakasih telah menjadi ibu luar biasa untuk kami.


Love

Your Daughter
Dhea

They are not your enemies, they are truly your friends!


Beberapa hari yang lalu saya bertemu dengan seorang teman pada sebuah cafe di Gandaria City. Teman yang dahulunya berlabel 'musuh', belum pernah bertemu secara nyata, dan hanya berkomunikasi di media sosial. Terkesan mengerikan karena akan bertemu 'musuh' lama yang katanya sudah 'tidak ada dendam diantara kita'.

Namanya Putri Inggi Aditya, mantan kekasih dari mantan saya. Kita sama-sama mantan nih ceritanya? Hehe.


Sekilas tentang perkenalan bodoh dari dua orang tolol, I guess. Sekitar tahun 2009 (kalau tidak salah) ketololan dua wanita akibat seorang pria brengsek yang mereka sayangi melebihi apapun di dunia. Dua wanita yang rela berdarah-darah demi mendapatkan perhatian dari si pria brengsek. Tanpa mereka sadari sang pria hanya mencari untung dari hubungan yang mereka jalani.


Dua wanita tolol bertahun-tahun bersitegang mencari kesalahan satu sama lain. Pada akhirnya wanita tolol yang pertama menyerah untuk tidak melanjutkan peperangan tersebut. Wanita tolol kedua masih kekeuh dengan hubungan yang ia jalani dengan pria brengsek tadi. Pada akhirnya si wanita tolol kedua menghadapi pahitnya kenyataan, habis-habisan karena cinta, bukan hanya materi, bahkan cinta dari sang pria pun tak ia dapatkan (habis), dan harus menerima dengan lapang dada bahwa sang lelaki telah memilih jalan hidup baru dengan menikahi wanita lain. Percayalah, Tuhan menyelamatkan hidupmu, teman.


Cukup untuk cerita masa lalu yang penuh kemunafikan.


Empat tahun, dimulai dari tahun 2012, Inggi dan saya tidak berkabar satu sama lain. Inggi yang tadinya berisik di segala media sosial mendadak hilang dari peradaban. Tidak terlalu penting untuk tahu kabarnya, kita kan 'musuh', benar tidak?


Saya jawab tidak. Mungkin ada yang menilai, jawaban saya terkesan munafik. Bebas.


Entah mengapa saat pindah ke Jakarta, nama yang satu ini menjadi daftar orang yang wajib saya temui. Gayung bersambut, Inggi mengaktifkan kembali media sosial yang sudah lama ia tinggalkan, sudah penuh jaring laba-laba barangkali. Saat saya coba menghubunginya, ternyata Inggi sudah bekerja di negara Singa.


Nah.. Tepatnya 2 September 2016 lalu, Inggi mendapat tugas ke Indonesia. Ia langsung memberi kabar dan mengajak saya bertemu, lalu saya menyetujui ajakannya. Sebagai orang yang blak blakan dia bertanya, "Apakah pertemuan ini murni untuk sekedar ngobrol?" Lha, pertanyaannya sontak bikin saya gagal paham. Apakah ini terlihat semacam jebakan? Lalu saya jawab dengan banyolan garing, "kalau gue sih iya, pengen ngobrol. Ngga tau deh lo. Tapi kalau datang duluan di TKP, jangan pesanin kopi buat gue".


Malamnya, sekitar pukul 19.00 saya dan Inggi bertemu, tidak terlihat kecanggungan, justru terlihat seperti teman lama yang sudah belasan tahun tak bertemu. Lebay? Bodo. Percakapan sambung menyambung dari cafe satu ke cafe lain, dari pukul 19.00 hingga pukul 00.30. Wow banget ngga tuh?


Pertemuan dan percakapan yang berlangsung 5 jam lebih itu dirasa masih kurang. Inggi dan saya membahas ketololan masa lalu masing-masing. Menemukan jawaban atas permusuhan yang selama ini dia dan saya perankan. Tapi, tanpa masa lalu yang kelam itu, mungkin kita berdua tidak akan seperti ini. Lagi-lagi ada sesuatu yang patut disyukuri bukan?

Hal terpenting dari pertemuan ini adalah, saya mendengar perjalanan dan perjuangannya bangkit dari titik paling rendah (nol) hingga mampu berdiri kembali, bukan hanya untuk dirinya sendiri, bahkan untuk keluarganya. Kisah-kisah yang dia ceritakan menjadi pelajaran berharga, khususnya untuk saya pribadi. Tentang bagaimana bisa survive. Tentang bertemu dengan seorang pria yang jauh lebih baik daripada pria di masa lalu.

"Gue harap pertemuan selanjutnya, kita bisa sharing pengalaman-pengalaman seru lainnya ya, Nggik"

Ternyata benar, siapapun orangnya, bagaimanapun keadaanya saat dipertemukan, orang tersebut bukan dengan tidak sengaja dihadirkan dalam hidup kita. Mereka ada untuk mengajarkan. Saya tidak percaya akan istilah 'musuh', bagi saya 'musuh' adalah teman yang sebenarnya. Bukannya hanya yang berlabel 'musuh' yang mampu mengkritik dengan sangat pedas dan apa adanya? 

Selasa, 23 Agustus 2016

21 + 4 facts about me


Mengapa 21 + 4 fakta tentang saya? Sederhana, saya lahir pada tanggal 21 dan tahun ini saya memasuki usia seperempat abad atau dua puluh lima tahun.

Dhea itu...

  1. Anak kedua dari tiga bersaudara
  2. Lahir di hari ke-21 pada bulan Oktober tahun 1991
  3. Tinggi 164cm, berat badan (saat ini) 57kg
  4. Cita-cita (dari kecil) ingin jadi dokter, tapi Tuhan berkata lain
  5. Cita-cita (saat ini) menjadi orang yang berpengaruh
  6. Dari SD hingga SMP menjadi juara kelas, eh pas SMA malah ngga pernah masuk sepuluh besar
  7. Sarjana Ekonomi jurusan Akuntansi
  8. Lebih tertarik pada bidang Perpajakan
  9. Butuh waktu satu tahun menyelesaikan skripsi, faktor: kemalasan
  10. Pernah jadi pengusaha Apotek, karena ngga diseriusin mending ditutup saja
  11. Sedang proses untuk merintis usaha lagi, amin
  12. Sedang proses mencari jati diri
  13. Pencinta olahraga terutama bola voli
  14. Pencinta angka 21 dan 24
  15. Punya banyak teman dan sahabat
  16. Punya banyak kekurangan, terutama dalam hal komunikasi, tapi suka berbagi cerita
  17. Baru-baru ini mencintai menulis
  18. Baru-baru ini gemar membaca berita
  19. Tidak suka makanan berbau santan
  20. Lebih suka pecel ayam dan empek-empek
  21. Susah jatuh cinta, sekalinya cinta dengan seseorang, susah untuk berpaling, ciyee...
  22. Kalau kata mama, "anaknya batu banget"
  23. Kalau kata sahabat, "mantannya banyak", tolong digaris bawahi, "saya baru pacaran 9 kali, yang diseriusin cuma 4 orang"
  24. Kalau kata mantan, "hubungan ini tidak bisa kita lanjutkan", eh gagal fokus
  25. Hingga tulisan ini selesai ditulis, masih berstatus 'single' -- bukan promosi lho

Sekian fakta tentang saya.. Saya bersyukur terlahir sebagai saya..

Tulisan ini dibuat karena sudah beberapa hari bahkan beberapa minggu ini otak saya buntu mencari topik untuk menulis.

Minggu, 21 Agustus 2016

14.20 It's still you?

These days it feels like you're mine,
it seems like you're mine but no.
It feels like I'm yours,
it seems like I'm yours but no.
What are we? I'm confused 
Don't be aloof.
Whatever you see me,
you act so vague to me.
These days I hate hearing I'm just like a friend.



Btw, thanks to my lil sister for being inspiration to this sh*it quote :)

Rabu, 10 Agustus 2016

Nelangsa hari ini...

Setiap manusia mempunyai kegetiran yang sama bukan? Hanya saja kemasanya yang berbeda.

Seperti saya yang hari ini dengan gagah berani memainkan jari-jemari, mengetik kata demi kata yang kemudian menjadi onggokan kalimat sampah, dan pada akhirnya bau dari sampah itu membunuh saya perlahan. Anda tahu betapa menyiksanya itu?

Wahai Tuan berparas tampan, Anda tidak pernah salah, jangan menyiksa saya dengan permintaan maaf Anda yang berulang kali. Saya saja, yang terlalu mengikuti perasaan keparat ini, berusaha menutup mata, telinga, bahkan hati. Tapi lagi-lagi Anda menguatkan saya, mengatakan tidak ada yang salah dengan rasa, itu datang secara alami, Tuhan tahu itu. Tapi Tuhan lebih tahu, rasa yang kupunya ini suatu kesalahan -- untuk orang yang salah.

Mungkin hari ini hingga hari-hari selanjutnya tidak akan pernah sama dengan hari kemarin dan hari-hari sebelumnya. Hari-hari dimana saya salah mengartikan hubungan pertemanan yang kita jalin. Saat pesan singkat Anda menjadi notifikasi favorit saya, atau dengan senang hati menerima ajakan Anda untuk sekedar makan malam.  

Saya tahu Anda tidak setuju dan tidak akan pernah setuju dengan keputusan sepihak ini. Anda kebingungan, saya maklum, tapi saya harus.

Bagaimanapun saya harus menata hidup, benar yang orang-orang katakan, bagaimana bisa menemukan orang yang tepat, sementara perasaan saya masih terkunci rapat. Ternyata Andalah pemegang kunci itu.

Tapi Tuan, saya tidak akan semena-mena mengakhiri persahabatan ini. Saya hanya butuh waktu sejenak untuk menetralkan perasaan saya. Hingga seseorang yang tepat benar-benar terpampang dihadapan saya, mengisi hari-hari nyata saya,  bukan semu semata. Membuka kunci yang Anda tinggalkan dan menggantinya dengan kunci yang baru. Setelah itu, saya pastikan tidak akan ada celah di hati saya untuk Anda.

Seperti kalimat yang sering Anda katakan, "boleh marah, boleh kecewa, boleh mewek sejadi-jadinya, tapi langsung bangkit sejam berikutnya"

Jadi selama ini akal sehat saya terhenti karena Anda? Tidak juga sih... ;)

Selasa, 09 Agustus 2016

#hestek hari ini, #RIPBroadcasterRio2x


Olimpiade Musim Panas atau akrab didengar Olimpiade Rio 2016 adalah ajang olahraga internasional yang diadakan di Rio de Janiero, Brasil. Olimpiade ini diselenggarakan dari tanggal 5 hingga 21 Agustus 2016.

Olimpiade internasional yang diadakan 4 tahun sekali ini memperlombakan 28 cabang olahraga dengan total 306 pertandingan, lebih dari 11.000 atlet turut berpartsipasi dalam ajang ini, 28 diantaranya merupakan atlet Indonesia yang akan berlaga di 7 cabang olahraga.

Sebagai masyarakat Indonesia yang (paling engga) punya sedikit jiwa nasionalisme, tentu ingin menyaksikan yang menjadi kebanggaan ini berjuang. Alih-alih menonton dan memberikan dukungan secara langsung di Rio de Janiero, untuk menonton dan mendukung di depan layar televisi saja sulit rasanya. Dua stasiun televisi swasta yang menjadi official broadcaster pun (sepertinya) ogah-ogahan menyiarkan ajang bergengsi ini.

Saya menyimak beberapa kicauan netizen yang mengatakan broadcaster lebih mementingkan sinetron ketimbang siaran langsung atlet Indonesia yang sedang berlaga. Sehingga hestek #RIPBroadcasterRio2x berhasil menjadi trending topic di Twitter. Beberapa meme pun turut menghiasi hestek tersebut. Miris.


Ada apa sesungguhnya dengan dua stasiun televisi swasta yang sudah mengudara puluhan tahun ini? Entahlah. Yang saya dan masyarakat tahu, keduanya merupakan official broadcaster Olimpiade Rio 2016. Dan yang saya dan masyarakat inginkan, tentu melihat sejauh mana komitmen stasiun televisi ini menyiarkan secara langsung pertandingan Olimpiade Rio 2016.

Mengutip kicauan dari @antoagustian tentang daya tarik olahraga itu adalah proses dan perjuangannya. Bukan sekedar hasil menang kalahnya. Bagaimana rasa nasionalisme bisa tumbuh, sementara yang sering dipaparkan hanyalah hasil setelah proses dan perjuangan tersebut. Bukankah ini menjadi beban tersendiri? Secara tidak langsung menumbuhkan stigma bahwa segala sesuatu itu yang terpenting hanyalah hasil.

Tidak. Pandangan seperti itu harus jauh-jauh dari pemikiran kita. Bagaimanapun, segala sesuatu harus melalui proses dan butuh perjuangan. Seperti pahlawan olahraga yang tengah berjuang memperoleh medali untuk mengharumkan nama Indonesia di kancah internasioal. Agar kita bahkan adik-adik yang masih duduk dibangku sekolah tahu, bahwa pahlawan itu bukan cuma nama yang tertera pada buku sejarah mereka. Bahkan merekapun adalah calon pahlawan bagi negara ini kelak. Mereka yang bermental pejuang, bukan mereka yang menjadi drama king atau drama queen akibat keseringan nonton sinetron bermental 'tempe'.

Paling engga kita berjuang dan berkorban dulu, apabila tidak juga disiarkan, kita masih bisa streaming di ponsel pintar, bukan?

Kamis, 21 Juli 2016

15 Things Every Girl Should Do Before Getting Married


Menikah? Kawin? Rumah Tangga?

Halah. Kata-kata mainstream yang akan menjadi suatu keharusan untuk didengar. Si 'Anu' nikah lho bulan ini, lo kapan Nikah?

Untungnya saya bukan tipikal manusia yang liat teman/sahabat/orang lain nikah, ingin nikah juga. Ingin sih ingin, tapi ngga langsung saat itu juga cari calon lalu diajak nikah.

Masih 25 tahun ini, masih ada waktu lah ya..

Baca artikel Bisnis.com tentang 15 hal yang perlu dilakukan perempuan sebelum menikah. Menarik dibahas nih. Soalnya setelah menikah, ruang gerak perempuan pasti terbatas. Syukur-syukur punya suami yang mengerti, pun mengerti, kodrat sebagai perempuan ngga bisa dihindari.
Lakukan dulu beberapa hal berikut ini sebelum menikah. Hey ladies, come on!

1. Berlibur bersama saudara perempuan, baik adik dan kakak kandung atau sepupu. Bisa juga dengan sahabat perempuan Anda.

Poin pertama, jelas sudah dong! Karena saya tidak punya saudara perempuan. Maka traveling partner yang paling paling top markotop adalah ibu saya. Dalam waktu dekat akan berlibur bersama para sepupu dan sahabat saya, Bella.

2. Pergi berlibur dengan calon suami, untuk melihat bagaimana Anda dan si dia menjalani perjalanan tersebut berdua. 

What? Calon? Belum ada. Ada rekomendasi selain calon suami? Pinjam suami orang atau teman misalnya? Ok, Cukup! Saya bercanda...

3. Merasakan patah hati yang sangat menyakitkan.

Dua poin. Saya terlatih patah hati. Bahkan hal yang paling menyakitkan, ketika keluarga sang mantan turut serta memporak-porandakan.

4. Meninggalkan seseorang.

Tiga poin. Sebagai seorang wanita yang cukup menarik (alhamdulillah, amin), meninggalkan pria beberapa kali wajar lah ya. Terlebih bila si lelaki tak berpendirian. (Congkak) Bye!

5. Atur keuangan. Pastikan Anda tidak punya utang sebelum menikah, supaya tidak membebani suami nantinya.

Hahaha.. Saya masih punya hutang dengan si mba jamu langganan dan si ibu dokter cantik. Akan diselesaikan dalam waktu dekat, kok.

6. Bicara soal finansial dengan calon suami. 

Ini apa ngga ada hal lain yang bisa dilakukan apa? Calon suamiku masih ditangan Tuhan.

7.Tinggal sendiri, atau bisa juga bersama teman.

Empat poin. Baru bisa merasakannya di umur 24 jalan 25 tahun. Not bad! Saya jadi lebih mengerti arti dari kemandirian. Meskipun sering dilanda rindu keluarga.

8. Belajar memasak.

Lima poin. Sebagai keturunan suku Minang, pandai memasak adalah wajib hukumnya bagi wanita!

9. Memanjakan diri sendiri.

Enam poin. Baru bisa merasakan lagi memanjakan diri, kali ini bahagia bukan kepalang karena pakai duit sendiri tentunya. Setelah keluar dari lembah hitam kemunafikan (kalau kata anak-anak kantor).

10. Bertengkar hebat dengan calon suami.

Di skip sajalah.

11. Pergi berkencan. Nikmatilah masa muda Anda dan bertemu dengan beberapa macam tipe pria untuk mengetahui mana yang paling cocok untuk Anda.

Tujuh poin. Sedang dicoba walaupun tak bisa sepenuh hati.

12. Hadapi ketakutan terbesar Anda.

Delapan poin. Tidak bisa survive di kota orang salah satu ketakutan terbesar. Dan saya bisa menghadapinya..

13. Miliki teman tapi mesra, hanya agar Anda tidak penasaran lagi di kemudian hari.

Sembilan poin. Tidak penasaran, tapi kalau kebablasan baper gimana ya? Bukan teman tapi mesra lagi dong, jadinya teman tapi ngarep (dipacarin). Gitu?

14. Fokus pada pendidikan dan karir.

Sepuluh poin. Karir alhamdulillah so far lancar-lancar saja. Pendidikan? Insyaallah tahun depan lanjut. Amin ya Rabb..

15. Jaga kesehatan. Tubuh adalah aset Anda, jadi mulailah hidup sehat, hindari alkohol, jauhi rokok, makan teratur, dan olaraga.

Berat ya embel-embel kesehatan. Saya bukan alkoholik, tapi berada pada lingkungan berasap rokok, makan teratur, cuma buat rutin olahraga sulit rasanya di kota besar ini..

Dari 15 poin, saya baru melakukan 10 poin. Dari 5 poin yang belum dilakukan 3 poin diantaranya berkaitan dengan calon suami. Sip! Kelarin ketikan ini, matikan pc, mari cari calon suaminya..

Rabu, 20 Juli 2016

Gonjang-ganjing, Morat-marit, Bla~bla~bla..


Dampak yang kian terasa sesak oleh beberapa orang di kantor saya, orang-orang yang menjadi kunci kelangsungan hidup perusahaan. Sebut saja mereka pahlawan income.

Sudah lewat satu semester di tahun ini, pergerakan perusahaan lamban seperti kura-kura. Perusahaan tidak bangkrut, hanya saja tidak ada peningkatan pendapatan yang signifikan.

Pahlawan income yang berjumlah tiga orang sedang morat-marit, direktur sudah mengeluarkan taringnya memberikan warning. "Akhir bulan ini batas akhir" katanya. Saya tidak begitu paham sesungguhnya maksud dari 'akhir' itu.

Akhir-akhir ini direktur dan tiga pahlawan income sering melakukan meeting tertutup, internal tim mereka lah. Teman sekamar saya (sebut saja B) yang salah satu dari tim itu tak bisa menyembunyikan kegaduhan hatinya. Bercerita terkait nasib timnya saat ini.

Inti yang dapat saya simpulkan dari obrolan dengan B, bahwa perusahaan tidak sanggup lagi mengeluarkan gaji (tim mereka), karena satu semester ini pahlawan income tidak mendapat project, artinya mereka tidak memenuhi target.

Kejam? Tidak. Menurut saya direktur sudah cukup toleransi. Satu semester, artinya enam bulan, pahlawan income masih diberi kesempatan mendapat gaji seperti karyawan lain, pun tanpa menghasilkan. Untuk ukuran perusahaan menengah, gaji pahlawan income di perusahaan ini termasuk yang Wah! Mewah lah mewah..

Dua orang lagi dari tim ini sebut saja Pak F dan Pak J. Saya tidak melihat kegelisahan pada wajah pak F, beliau tetap masuk kerja tanpa beban, mencoba mencari peruntungan hingga akhir bulan ini. "Kalau tidak bisa juga, mau bagaimana lagi, saya bersedia freelance" katanya. Barangkali, karena Pak F berasal dari keluarga yang cukup mapan, kegelisahan bukanlah hal yang patut dirasa-rasa.

Beda hal dengan B, si muda pekerja keras yang sejak tamat sekolah menjadi tulang punggung keluarga, tampak semangatnya memudar setelah beberapa project besarnya di hold. "Tidak ada kesempatan lagi", celetuknya. Bagaimanapun ia harus segera mencari pekerjaan baru yang dapat membantunya meringankan beban keluarga.

Lain Pak F, lain B, lain pula Pak J, pentolan pahlawan income ini sudah tiga hari tak datang ke kantor. Kabar terakhir, beliau sedang mengunjungi beberapa customer bersama technical. Pak J harus memperjuangkan nasibnya dan nasib dua orang dibawah naungannya. Hanya helaan nafas panjang yang dapat saya dengar ketika Pak J beberapa kali lewat di depan meja kerja saya dalam waktu sebulan ini.

Siapa yang bisa disalahkan? Mereka bekerja, mereka mencari, mereka berusaha. Perusahaan yang mereka tawarkan barangkali butuh, lagi-lagi faktor ekonomi perusahaan menjadi penentu.

Pelik memang, gonjang-ganjing kian terasa. Bukan hanya pahlawan income yang merasa, juga berdampak pada seluruh karyawan. Siap atau tidak siap kenyataan harus dihadapi, tantangan harus diakhiri dengan kemenangan. Semoga ada keajaiban yang membuat tim ini bertahan. Cayoo pahlawan income....!!!!

Jumat, 15 Juli 2016

Pemuja Rahasia


Nulisnya sambil dengarin lagu Pemuja Rahasia - Sehaila On 7. Band yang pernah hits pada zamannya ini masih enak dinikmati, masih syahdu didengar. Penilaian pribadi, sih..

Dengarinnya ditemani segelas cappuccino hangat yang perlahan gue seruput di ruang kerja yang dingin keparat. Cuaca sore ini mendung, semendung hati sang pemuja rahasia yang sudah tidak rahasia lagi.

Ngutip sebait saja..


Karena hanya dengan perasaan rinduku yang dalam padamu

Kupertahankan hidup

Maka hanya dengan jejak-jejak hatimu

Ada artiku telusuri hidup ini

Selamanya hanya ku bisa memujamu

Selamanya hanya ku bisa merindukanmu



Asoooy banget dah! Lirik lagunya mas Duta & friends ;)

Cukup terwakilkan lah ya untuk para pemuja rahasia. 

Btw, gue dengarin lagu pemuja rahasia, ditemani segelas cappuccino yang mulai mendingin, sambil ngetik blog ngga jelas ini, dan masih menjadi pemuja rahasia lo!




Kamis, 14 Juli 2016

Jeritan 'Hati' Amatir Cinta


Katakan..


Ada kegundahan yang tidak dimengerti waktu ketika menunggu..


Ada kegaduhan yang tidak dimengerti ruang ketika rindu..


Ada kehampaan yang tidak dimengerti hati ketika ingin bertemu..



Tiada yang lebih gaduh, tiada yang lebih gundah, tiada yang lebih hampa, selain hatiku. Kamu tahu? Kuharap..


Sepotong dari Dee Lestari,


"Rasa hangat ketika kedua tubuh bertemu

Rasa lengkap ketika dua jiwa mendekat

Rasa rindu yang tuntas ketika kedua pasang mata menatap"


Bagiku sungguh sederhana, mungkin tidak bagimu.

Kamu yang hadir dalam ketiadaan, sesederhana ketidakmengertian, mengapa kita ditakdirkan (tidak bersama).

Cinta tak pernah salah dan tak kenal batas, bahkan untuk cinta yang bertepuk sebelah tangan sekalipun.

Sayangnya hati ini tak pernah basa-basi untuk mencinta. Sekali lagi (kali ini) mencinta pada yang salah.. Pada yang tak pandai menjaga..


Unpredictable Day..



Kisah nyata tiga wanita gabut pada awal bulan Juli 2016.

Selamat datang Juli, selamat datang liburan.  Hari ini saya tidak lagi melakukan rutinitas bangun pagi seperti biasanya. Kebijakan kantor yang benar-benar bijak, memberikan karyawan libur lebih awal.

Saya sudah diberi tahu bahwa cuti bersama dimulai dari tanggal 1. Sedikit lega rasanya, karena ada jeda setidaknya 7 jam untuk membeli oleh-oleh yang tak sempat terbeli (karena THR baru turun, sih). Saya sudah mengambil penerbangan ke Pekanbaru pukul 20.30 pada tanggal 1 Juli, itu tandanya pukul 17.00 sudah harus bergerak menuju bandara.

Malam sebelumnya saya mengunjungi rumah kakak sepupu di daerah Cileduk bersama Bella. Karena tahu saya dan Bella akan ke pusat perbelanjaan esok hari, kak Mitha (kakak ipar saya) ingin turut serta. Akhirnya saya dan Bella harus bermalam di rumahnya, tanpa baju ganti, tanpa peralatan mandi, apalagi perlengkapan make up. Sama sekali tidak ada rencana menginap, segalanya serba pinjam punya kak Mitha. Saya menyarankan agar esok pagi bersiap sepagi mungkin.

Harapan memang selalu berbeda dengan kenyataan. Saya dan Bella bangun pukul 07.00 dan bergegas untuk bersiap. Tapi kakak ipar saya belum bangun, mau tidak mau saya terpaksa mengetuk pintu kamarnya hingga terbangun. Menunggu kak Mitha mandi dan touch up? Bukan main lamanya...

Kesiapan ini tak berarti apa-apa. Banyak hal yang harus dikerjakan sebelum berangkat. Mulai dari memberi Kendra (keponakan saya--anak kak Mitha) makan, memandikan, meminumkan obat, terakhir mengantarkan ke rumah nenek. Alhasil pukul 10.30 baru bergerak dari rumah menuju Blok M. Kali ini kita pergi menggunakan Grab Car. Ada sedikit penyesalan sih menggunakan mobil, karena jalanan jakarta sedang padat-padatnya.

Prediksi saya benar, jalanan Jakarta sedang tidak bersahabat. Sekitar pukul 11.50 baru sampai di Blok M. Ini artinya saya cuma punya waktu 2 jam untuk berbelanja. Ok! Mari kita manfaatkan waktu yang ada untuk mencari sesuatu yang dicari.

Namanya juga perempuan, 2 jam itu berasa 30 menit untuk belanja. Tau-tau sudah pukul 2 lewat, yang dibeli juga tidak seberapa. Saya mulai kalut, dikejar waktu saat belanja demi apapun tidak menyenangkan. Tapi harus segera disudahi karena saya harus bersiap untuk ke bandara, saya juga belum packing, lho. Kenapa ngga packing dari kemarin-kemarin? Au ah. Kalau dibilang bego saya terima, kok.

Gimana sih orang yang lagi panik? Ngerjain apa-apa pasti ngga serius dan ngga bakal selesai. Pukul 14.19 masih aja di Blok M, mau pesan Grab Car pasti saya terlambat.
Ada beberapa opsi yang saya fikirkan.

Pertama, saya harus menempuh jalan Blok M - Cileduk yang macetnya warbyasaa, setibanya di Cileduk melanjutkan kembali perjalanan ke kos setelah itu prepare barang lalu ke bandara. Ini peer banget! No.. Saya pasti ketinggalan pesawat. Kedua, saya, Bella dan kak Mitha pesan Grab Bike or Go Ride menuju Cileduk lalu ke kos prepare barang dan berangkat ke bandara. Ya, saya pilih yang kedua.

Ok, kita memesan dari aplikasi ponsel masin-masing. Sepertinya mas Grab dan mas Gojek sedang laris manis, sekitar 40 menit kita habiskan untuk menunggu mas Grab dan mas Gojek datang. Awalnya mas Gojek dari aplikasi ponsel saya tiba, disusul oleh mas Grab dari aplikasi ponsel Bella, terakhir (dengan bersusah payah) akhirnya mas Gojek kak Mitha tiba. Si Bella yang tadinya menggunakan hot pants, akhirnya diganti dengan celana jeans yang baru dibeli dengan kondisi tak terkancing (yaiyalah, celana baru coy!).

Namanya unpredictable day..

Trio hijau yang sedang membonceng trio cewe gabut berjalan beriringan, awalnya tujuan kita satu, Cileduk. Sampai ketika kak Mitha dapat kabar bahwa kak Reo (sepupu saya) sedang tidak di rumah. Waahh, makin ser-seran saya. What should I do? Hiks..

Entah apa yang ada difikiran mas-mas trio hijau saat itu, saat kami minta berhenti untuk berbicara di pinggir jalan, jalanan yang tadinya lancar menjadi agak kacau akibat ulah trio cewe gabut. Hingga mendapat keputusan akhir, Bella dan Saya langsung saja menuju kos untuk prepare, barang yang ketinggalan di Cileduk akan dikirim menggunakan Go Send. Akhirnya kita berpencar.

Sesampainya di kos pukul 16.10, saya langsung packing barang yang akan dibawa. Cuma butuh waktu 20 menit, artinya saya masih bisa mandi dan sedikit touch up sembari menunggu barang yang dikirim dari Cileduk.

Hingga pukul 17.00 saya belum dapat kabar barang sudah dikirim atau belum. Saat menghubungi kak Mitha, ternyata masih terjebak macet di tol. Mau tidak mau saya harus bergerak menuju bandara, jalanan pasti sangat sesak, terlebih lagi bandara menjadi pusat kesesakan itu. Urusan barang yang tinggal di Cileduk, pengirimannya dialihkan ke Bandara saja.

Saya memesan Grab Car tujuan bandara. Tapi apa? Tarifnya sungguh tak masuk akal, yang biasanya Rp 97.000 - Rp 110.000, menjadi Rp 246.000 (belum termasuk tol). Damn! Berusaha berfikir cepat, yang tadinya saya males banget pakai Bluebird, mencoba-coba kembali -- kali aja ngga sebengkak tarif mobil aplikasi langganan saya.

Tuhan sedang memihak saya, "jalan menuju Bandara Soeta lancar jaya" kata mas Bluebird merekam suaranya yang kemudian dikirim ke obrolan group diponselnya. Saya hanya menghabiskan sebanyak Rp 140.000 sudah termasuk tol.


Jakarta benar-benar tak bisa diprediksi hari itu...