Senin, 21 November 2016

Dear Ayah dan Ibu dari Ibundaku..

Seraut wajah keriput di depan saya bercerita kisah tujuh puluh tahun yang lalu. Tentang perjalanan karir dan pertemuannya dengan seorang lelaki TNI Angkatan Darat yang meminangnya beberapa bulan setelah perkenalan. Beliau adalah kakek yang belum pernah saya lihat raganya. Hanya cetakan foto usang yang dapat membuktikan bahwa saya dilahirkan dari seorang ibu yang mempunyai ayah dan ibu hebat. Ya, kakek dan nenek saya.

Matanya tak berkedip sambil mengernyitkan dahi, mencoba mengingat kenangan masa lalu yang membuatnya tersenyum hingga hari ini. "Coba buka album itu", katanya sembari menunjukkan album usang yang berisikan foto hitam putih. "Hanya ini foto-foto yang tersisa, yang lain entah kemana, mungkin dimakan tikus atau rayap", candanya diikuti senyum lebar yang memperlihatkan gigi palsu.

Foto usang itu adalah bukti, bahwa ada cerita luar biasa beberapa puluh tahun yang lalu

Sambil menunjuk foto wanita yang umurnya sekitar 18 tahunan mengenakan kebaya dan kain panjang yang dibalut membentuk rok. "Saat awal nenek menjadi seorang guru Sekolah Rakyat (saat ini Sekolah Dasar)", terangnya. Dahulu, tidak mudah bagi rakyat biasa mengikuti pendidikan di bangku sekolah. Nasib baik bagi nenek diterima dan belajar di Sekolah Rakyat yang didirikan pada zaman penjajahan Jepang.


Pada zaman itu, Indonesia sedang krisis tenaga pengajar (guru), akibat lonjakan bertambahnya siswa yang ingin mengemban ilmu di Sekolah Rakyat. Akhirnya, nenek mendapat tawaran menjadi guru Sekolah Rakyat dengan mengikuti Sekolah Guru Bawah, dimana yang dapat mengikuti pendidikan ini hanyalah murid yang telah tamat di Sekolah Rakyat.

Setelah mengajar beberapa tahun, nenek melanjutkan Kursus Guru Besar dan mendapatkan ijazah resmi sebagai tenaga pengajar ahli. Enam puluh tahun lamanya nenek menggeluti profesi sebagai seorang guru. Beberapa murid yang masih mengingatnya sering bercerita dan berterimakasih karena melalui nenek (perpanjangan tangan Tuhan) mereka dapat sukses seperti saat ini.

Selain mengajar, nenek juga terampil menjahit dan menyulam, biasanya dilakukan pada malam hari sebelum tidur. Usai mengajar, nenek menyempatkan diri untuk menjajakan dagangan di Janjang Ampek Puluah (Bukittinggi -- Sumatera Barat).


"Lakukan apa yang bisa kamu lakukan hari ini"
-- Nenek

Tangan keriput nenek kembali membalikkan lembar album foto usang tadi, menunjuk pria yang sedang berfoto dengannya. Di foto itu terlihat sang pria mengenakan jas hitam celana hitam, rambutnya ditutupi peci berwarna hitam. Yang saya lihat masih foto berwarna hitam putih.

Usai meneguk air putih yang diletakkan kembali di meja tepat di samping nenek, nenek melanjutkan ceritanya tentang kakek. Tak banyak cerita yang bisa saya tangkap, yang saya pahami kakek adalah pasukan tentara Indonesia yang turut serta membela dan menjaga NKRI. Kakek juga merupakan orang kepercayaan Bapak Soemitro Djojohadikoesoemo pada saat itu. 

Kakek dan nenek saya adalah warga negara Indonesia yang bersuku Minang. Nenek adalah istri kedua kakek, buah dari pernikahan itu adalah ibu saya. Dari istri pertama, kakek memiliki enam orang anak. Sungguh keluarga yang besar bukan? Inilah yang membuat saya semakin bahagia.


Kita tidak bisa memilih dari keluarga mana kita dilahirkan. Tapi kita bisa memilih, keluarga seperti apa yang akan kita buat..
-- Fazar Firmansyah
Walaupun belum pernah melihat raga kakek, belum pernah merasakan sentuhan tangan kakek, saya yakin kakek adalah sosok hebat yang sangat menyayangi keluarga. Saya tidak mengatakan bahwa saya cucu yang kurang beruntung, hanya saja berbahagialah kalian yang masih bisa merasakan kasih sayang kakek dan nenek secara nyata dan utuh.

Kakek dan nenek adalah sosok pahlawan yang secara langsung dapat saya rasakan dampaknya di kehidupan nyata. Sosok tentara yang disiplin dan sosok guru yang cerdas adalah dua perpaduan yang sempurna bukan? Dari perpaduan sempurna tersebut lahirlah anak-anak dan cucu-cucu yang luar biasa.

Terbit di hipwee tanggal 30 November 2016

Selasa, 08 November 2016

Terima Kasih, Karena Hadirmu Mengajarkanku 5 Hal Berharga ini


Dibawah langit-langit kamar, ditemani lagu Isyana yang kuputar berulang kali hingga tulisan ini selesai kutulis. Juga lagu yang menjadi andalanmu dan sering kamu putarkan saat kita berdua menikmati kemacetan jalanan ibu kota.
"Kau adalah yang terindah yang membuat hatiku tenang"
Dipertemukan denganmu adalah anugerah terindah yang semesta berikan padaku, sekalipun semesta tidak pernah setuju atas penyatuan dua hati ini. Tetapi kebahagiaan mengenalmu tak dapat aku tukar dengan apapun.

Ada lima hal yang membuatku tidak menyesal atas cinta tak bisa memiliki ini. Aku yakin kemudian cinta bisa mengalah..

1. Tentang  Arti Kehidupan

Ingatkah saat kamu bertanya tujuan hidupku? Aku menjawab sesuai dengan porsiku sebagai belia 20 tahunan. "Mencari kebahagiaan", kataku. Dan ketika aku balikkan pertanyaan itu kepadamu, dengan tegas kamu menjawab tujuanmu dalam hidup adalah untuk membahagiakan banyak orang.
"Dengan adanya hadirku, kuharap orang-orang merasakan bahagia seperti yang kurasa"
Paling tidak dengan kalimat sederhana yang kau ucapkan, aku menyadari bahwa hidup bukan tentang kebahagiaanku saja, melainkan kebahagiaan banyak orang, terutama orang-orang disekitarku.

2. Tentang Menjadi Diri Sendiri

Kita sempat berdebat beberapa kali. Mendengar ocehanmu ketika aku tak berperilaku seperti adanya aku. Ketika aku berusaha tampil layaknya orang lain, seolah tak bersyukur atas apa yang aku punya.
"Jangan memerankan orang lain dalam hidup, jadilah apa adanya kamu"
Kamu sangat menentang alasanku agar lebih dihargai orang lain, makanya aku berusaha untuk menjadi sempurna, tanpa sadar aku memerankan orang lain. Katamu, penghargaan jangan dicari, selagi ukurannya masih manusia tidak akan ada habisnya. Biarlah Tuhan yang menilai.

3. Tentang Kesedihan yang tidak Berarti Apa-apa

Karena normal setiap manusia bersedih. Aku yang tak henti berkeluh kesah tentang kesedihanku, dan kamu yang tak pernah bosan mendengar keluh-kesahku. Kamu tahu mengapa aku benar-benar mengagumi sosok sepertimu? Karena kamu tidak pernah meninggalkanku sendiri, saat aku diterpa masalah.
"Jangan menganggap dirimu orang yang paling menderita, lihat disekelilingmu, masih ada yang lebih menderita dan lebih bersedih"
Dengan sabar mendengarkan cerita kesedihanku, lalu kembali memberi pandangan, bahwa masih ada yang lebih menyedihkan dan lebih menderita daripada aku. Toh, kita ataupun mereka masih bisa melanjutkan hidup, dan harus tetap melanjutkan hidup. Jangan terlalu sering melihat kebelakang, hingga menghabiskan usia produktif hanya karena kesedihan-kesedihan tak berarti.

4. Tentang Menjadi Pribadi yang Baik dari Hari ke Hari

Usiaku yang masih tergolong muda, terkadang dikendalikan oleh ego dan amarah. Saat dikendalikan oleh keduanya, yang ada hanyalah fikiran-fikiran negatif. Saat fikiran negatif itu memecah konsentrasiku, kamu datang sebagai penyejuk agar aku dapat mengendalikan ego dan amarah itu, sehingga aku bisa berfikir jernih kembali.
"Kita dapat membahas apa saja, cari tahu sebanyak-banyaknya, agar otak terisi terus"
Perbincangan berkualitas yang setiap hari kita bahas membuatku jadi pribadi yang ingin lebih banyak tahu. Perlahan aku jadi suka membaca, agar tidak dibilang kudet. Aku mencoba-coba jadi penulis amatir, karena katamu menulis adalah cara terbaik untuk menenangkan diri.

Aku tidak mengatakan bertemu denganmu aku langsung menjadi pribadi yang baik, paling tidak saat ini aku mampu menghadapi suatu hal atau masalah dengan logika yang baik, fikiran terbuka dan positif. 

5. Tentang Hubungan yang Lebih Menyamankan yaitu Persahabatan

Terkadang aku merasa kesal dan marah sendiri saat menyadari kenyataan bahwa kamu dan aku tidak dapat bersatu dalam sebuah ikatan. Mengutuk keadaan mengapa cinta datang di waktu yang salah.
"Perlahan kamu membantuku melihat kebenarannya, bahwa ada hubungan yang lebih menyamankan dan dapat berlangsung selamanya daripada cinta yang aku sesalkan" 
Ya, katamu persahabatan ini akan berlanjut selamanya. Setahun, lima tahun, sepuluh tahun, bahkan sampai kulit kita keriput, rambut kita berwarna putih, dan kondisi terparah saat kita tak dapat mengingat lagi satu sama lain.

Karena cinta bukan hanya tentang sepasang manusia yang ingin disatukan dalam ikatan pernikahan. Cinta itu tak terlihat, hanya bisa dirasakan, dirasakan oleh siapa saja dan untuk siapa saja.


Diposting di hipwee.com tanggal 8 November 2016

Selasa, 01 November 2016

Dua Hari..


Dua hari tidak menerima dan membaca pesan singkatmu. Dua hari tidak tahu kegiatan apa saja yang kamu lakukan. Sudah dua hari lamanya, aku hampir terbiasa tanpa suara dan gelak tawa itu. Dua hari, apakah kamu baik-baik saja?

Sudah seharusnya aku belajar tersenyum tanpa pesan singkatmu, tertawa tanpa candamu, bernafas tanpa kehadiranmu.

Tuan, teruslah begini, hingga semua ini benar-benar kita sudahi. Kamu tak perlu datang lagi menawarkan kebahagiaan. Kita hanyalah sepasang yang cintanya tak akan pernah terjadi, kita berdua sangat sadar akan hal itu, semesta tidak akan pernah memihak kita.

Kamu berhak bahagia, begitu pula aku. Kita tetap akan bahagia, meskipun tak  bersama.



"Dari aku, yang akan tetap tersenyum sebanyak-banyaknya.