Selasa, 23 Agustus 2016

21 + 4 facts about me


Mengapa 21 + 4 fakta tentang saya? Sederhana, saya lahir pada tanggal 21 dan tahun ini saya memasuki usia seperempat abad atau dua puluh lima tahun.

Dhea itu...

  1. Anak kedua dari tiga bersaudara
  2. Lahir di hari ke-21 pada bulan Oktober tahun 1991
  3. Tinggi 164cm, berat badan (saat ini) 57kg
  4. Cita-cita (dari kecil) ingin jadi dokter, tapi Tuhan berkata lain
  5. Cita-cita (saat ini) menjadi orang yang berpengaruh
  6. Dari SD hingga SMP menjadi juara kelas, eh pas SMA malah ngga pernah masuk sepuluh besar
  7. Sarjana Ekonomi jurusan Akuntansi
  8. Lebih tertarik pada bidang Perpajakan
  9. Butuh waktu satu tahun menyelesaikan skripsi, faktor: kemalasan
  10. Pernah jadi pengusaha Apotek, karena ngga diseriusin mending ditutup saja
  11. Sedang proses untuk merintis usaha lagi, amin
  12. Sedang proses mencari jati diri
  13. Pencinta olahraga terutama bola voli
  14. Pencinta angka 21 dan 24
  15. Punya banyak teman dan sahabat
  16. Punya banyak kekurangan, terutama dalam hal komunikasi, tapi suka berbagi cerita
  17. Baru-baru ini mencintai menulis
  18. Baru-baru ini gemar membaca berita
  19. Tidak suka makanan berbau santan
  20. Lebih suka pecel ayam dan empek-empek
  21. Susah jatuh cinta, sekalinya cinta dengan seseorang, susah untuk berpaling, ciyee...
  22. Kalau kata mama, "anaknya batu banget"
  23. Kalau kata sahabat, "mantannya banyak", tolong digaris bawahi, "saya baru pacaran 9 kali, yang diseriusin cuma 4 orang"
  24. Kalau kata mantan, "hubungan ini tidak bisa kita lanjutkan", eh gagal fokus
  25. Hingga tulisan ini selesai ditulis, masih berstatus 'single' -- bukan promosi lho

Sekian fakta tentang saya.. Saya bersyukur terlahir sebagai saya..

Tulisan ini dibuat karena sudah beberapa hari bahkan beberapa minggu ini otak saya buntu mencari topik untuk menulis.

Minggu, 21 Agustus 2016

14.20 It's still you?

These days it feels like you're mine,
it seems like you're mine but no.
It feels like I'm yours,
it seems like I'm yours but no.
What are we? I'm confused 
Don't be aloof.
Whatever you see me,
you act so vague to me.
These days I hate hearing I'm just like a friend.



Btw, thanks to my lil sister for being inspiration to this sh*it quote :)

Rabu, 10 Agustus 2016

Nelangsa hari ini...

Setiap manusia mempunyai kegetiran yang sama bukan? Hanya saja kemasanya yang berbeda.

Seperti saya yang hari ini dengan gagah berani memainkan jari-jemari, mengetik kata demi kata yang kemudian menjadi onggokan kalimat sampah, dan pada akhirnya bau dari sampah itu membunuh saya perlahan. Anda tahu betapa menyiksanya itu?

Wahai Tuan berparas tampan, Anda tidak pernah salah, jangan menyiksa saya dengan permintaan maaf Anda yang berulang kali. Saya saja, yang terlalu mengikuti perasaan keparat ini, berusaha menutup mata, telinga, bahkan hati. Tapi lagi-lagi Anda menguatkan saya, mengatakan tidak ada yang salah dengan rasa, itu datang secara alami, Tuhan tahu itu. Tapi Tuhan lebih tahu, rasa yang kupunya ini suatu kesalahan -- untuk orang yang salah.

Mungkin hari ini hingga hari-hari selanjutnya tidak akan pernah sama dengan hari kemarin dan hari-hari sebelumnya. Hari-hari dimana saya salah mengartikan hubungan pertemanan yang kita jalin. Saat pesan singkat Anda menjadi notifikasi favorit saya, atau dengan senang hati menerima ajakan Anda untuk sekedar makan malam.  

Saya tahu Anda tidak setuju dan tidak akan pernah setuju dengan keputusan sepihak ini. Anda kebingungan, saya maklum, tapi saya harus.

Bagaimanapun saya harus menata hidup, benar yang orang-orang katakan, bagaimana bisa menemukan orang yang tepat, sementara perasaan saya masih terkunci rapat. Ternyata Andalah pemegang kunci itu.

Tapi Tuan, saya tidak akan semena-mena mengakhiri persahabatan ini. Saya hanya butuh waktu sejenak untuk menetralkan perasaan saya. Hingga seseorang yang tepat benar-benar terpampang dihadapan saya, mengisi hari-hari nyata saya,  bukan semu semata. Membuka kunci yang Anda tinggalkan dan menggantinya dengan kunci yang baru. Setelah itu, saya pastikan tidak akan ada celah di hati saya untuk Anda.

Seperti kalimat yang sering Anda katakan, "boleh marah, boleh kecewa, boleh mewek sejadi-jadinya, tapi langsung bangkit sejam berikutnya"

Jadi selama ini akal sehat saya terhenti karena Anda? Tidak juga sih... ;)

Selasa, 09 Agustus 2016

#hestek hari ini, #RIPBroadcasterRio2x


Olimpiade Musim Panas atau akrab didengar Olimpiade Rio 2016 adalah ajang olahraga internasional yang diadakan di Rio de Janiero, Brasil. Olimpiade ini diselenggarakan dari tanggal 5 hingga 21 Agustus 2016.

Olimpiade internasional yang diadakan 4 tahun sekali ini memperlombakan 28 cabang olahraga dengan total 306 pertandingan, lebih dari 11.000 atlet turut berpartsipasi dalam ajang ini, 28 diantaranya merupakan atlet Indonesia yang akan berlaga di 7 cabang olahraga.

Sebagai masyarakat Indonesia yang (paling engga) punya sedikit jiwa nasionalisme, tentu ingin menyaksikan yang menjadi kebanggaan ini berjuang. Alih-alih menonton dan memberikan dukungan secara langsung di Rio de Janiero, untuk menonton dan mendukung di depan layar televisi saja sulit rasanya. Dua stasiun televisi swasta yang menjadi official broadcaster pun (sepertinya) ogah-ogahan menyiarkan ajang bergengsi ini.

Saya menyimak beberapa kicauan netizen yang mengatakan broadcaster lebih mementingkan sinetron ketimbang siaran langsung atlet Indonesia yang sedang berlaga. Sehingga hestek #RIPBroadcasterRio2x berhasil menjadi trending topic di Twitter. Beberapa meme pun turut menghiasi hestek tersebut. Miris.


Ada apa sesungguhnya dengan dua stasiun televisi swasta yang sudah mengudara puluhan tahun ini? Entahlah. Yang saya dan masyarakat tahu, keduanya merupakan official broadcaster Olimpiade Rio 2016. Dan yang saya dan masyarakat inginkan, tentu melihat sejauh mana komitmen stasiun televisi ini menyiarkan secara langsung pertandingan Olimpiade Rio 2016.

Mengutip kicauan dari @antoagustian tentang daya tarik olahraga itu adalah proses dan perjuangannya. Bukan sekedar hasil menang kalahnya. Bagaimana rasa nasionalisme bisa tumbuh, sementara yang sering dipaparkan hanyalah hasil setelah proses dan perjuangan tersebut. Bukankah ini menjadi beban tersendiri? Secara tidak langsung menumbuhkan stigma bahwa segala sesuatu itu yang terpenting hanyalah hasil.

Tidak. Pandangan seperti itu harus jauh-jauh dari pemikiran kita. Bagaimanapun, segala sesuatu harus melalui proses dan butuh perjuangan. Seperti pahlawan olahraga yang tengah berjuang memperoleh medali untuk mengharumkan nama Indonesia di kancah internasioal. Agar kita bahkan adik-adik yang masih duduk dibangku sekolah tahu, bahwa pahlawan itu bukan cuma nama yang tertera pada buku sejarah mereka. Bahkan merekapun adalah calon pahlawan bagi negara ini kelak. Mereka yang bermental pejuang, bukan mereka yang menjadi drama king atau drama queen akibat keseringan nonton sinetron bermental 'tempe'.

Paling engga kita berjuang dan berkorban dulu, apabila tidak juga disiarkan, kita masih bisa streaming di ponsel pintar, bukan?