Selasa, 24 Mei 2016

Sepenggal Cerita Tentang Kejujuran





Dikutip dari tulisan Wisnubrata wartawan Kompas.com

Dalam rangkaian cerita Awadana, ada kisah soal ajakan untuk mencuri.
Diceritakan, Bodhisattwa terlahir kembali dalam keluarga brahmana. Di masa mudanya, ia belajar kepada guru yang bijak.

Suatu saat, sang guru ingin menguji murid-muridnya. Sang guru berkata, “ Ah, susahnya hidup melarat. Andai bisa berkecukupan.” Mendengar keluhan itu, murid-muridnya segera berkeliling ke rumah-rumah warga untuk memintakan makanan bagi guru mereka.

Menerima pemberian itu, guru berkata, “Aku sudah cukup mendapat makanan. Tapi hanya harta yang bisa menyingkirkan kemiskinan.” Murid-murid pun bertanya, “Apa yang bisa kita lakukan?” Guru menjawab, “Ada cara lain mendapatkan harta seperti tertulis di kitab suci. Dalam keadaan melarat, brahmana boleh mencuri, karena kemiskinan adalah duka terberat. Kalian boleh mencuri asal jangan sampai terlihat siapa pun.”

Demi cinta dan bakti pada gurunya, murid-murid pun bergegas pergi untuk mencuri. Hanya Bodhisattwa yang terdiam. Ia menolak melakukan perbuatan itu. Saat gurunya bertanya mengapa ia tidak ikut mencuri, Bodhisattwa menjawab, “Aku menolak bukan karena takut atau tidak patuh. Tapi tidak mungkin mencuri tanpa terlihat, sebab ada diri sendiri yang melihatnya.”

Sang guru tersenyum mendengar jawaban itu, dan berkata pada murid lainnya. “Karena nafsu dan alasan mencintai, orang dungu meninggalkan kewajiban. Namun orang bijak tak membiarkan dirinya tersesat meskipun dalam derita besar, karena pengendalian diri dan kebijaksanaan adalah harta mereka.”

Kala diminta mencuri demi gurunya sebagai ujian, brahmana muda menolak, sebab selalu ada diri yang mengetahui perbuatannya. Ia memiliki kesadaran diri, sesuatu yang juga dimiliki Seladi, dan sebaiknya juga kita miliki.

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------

Sepenggal cerita sederhana yang menggetarkan hati saya, masih adakah secuil manusia yang berfikir seperti Bodhisattwa? Atau cerita diatas hanyalah sekedar cerita yang pada kenyataannya tidak ada manusia seperti itu--bahkan diri saya sendiri, entahlah..







Tidak ada komentar:

Posting Komentar