Kamis, 14 Juli 2016

Unpredictable Day..



Kisah nyata tiga wanita gabut pada awal bulan Juli 2016.

Selamat datang Juli, selamat datang liburan.  Hari ini saya tidak lagi melakukan rutinitas bangun pagi seperti biasanya. Kebijakan kantor yang benar-benar bijak, memberikan karyawan libur lebih awal.

Saya sudah diberi tahu bahwa cuti bersama dimulai dari tanggal 1. Sedikit lega rasanya, karena ada jeda setidaknya 7 jam untuk membeli oleh-oleh yang tak sempat terbeli (karena THR baru turun, sih). Saya sudah mengambil penerbangan ke Pekanbaru pukul 20.30 pada tanggal 1 Juli, itu tandanya pukul 17.00 sudah harus bergerak menuju bandara.

Malam sebelumnya saya mengunjungi rumah kakak sepupu di daerah Cileduk bersama Bella. Karena tahu saya dan Bella akan ke pusat perbelanjaan esok hari, kak Mitha (kakak ipar saya) ingin turut serta. Akhirnya saya dan Bella harus bermalam di rumahnya, tanpa baju ganti, tanpa peralatan mandi, apalagi perlengkapan make up. Sama sekali tidak ada rencana menginap, segalanya serba pinjam punya kak Mitha. Saya menyarankan agar esok pagi bersiap sepagi mungkin.

Harapan memang selalu berbeda dengan kenyataan. Saya dan Bella bangun pukul 07.00 dan bergegas untuk bersiap. Tapi kakak ipar saya belum bangun, mau tidak mau saya terpaksa mengetuk pintu kamarnya hingga terbangun. Menunggu kak Mitha mandi dan touch up? Bukan main lamanya...

Kesiapan ini tak berarti apa-apa. Banyak hal yang harus dikerjakan sebelum berangkat. Mulai dari memberi Kendra (keponakan saya--anak kak Mitha) makan, memandikan, meminumkan obat, terakhir mengantarkan ke rumah nenek. Alhasil pukul 10.30 baru bergerak dari rumah menuju Blok M. Kali ini kita pergi menggunakan Grab Car. Ada sedikit penyesalan sih menggunakan mobil, karena jalanan jakarta sedang padat-padatnya.

Prediksi saya benar, jalanan Jakarta sedang tidak bersahabat. Sekitar pukul 11.50 baru sampai di Blok M. Ini artinya saya cuma punya waktu 2 jam untuk berbelanja. Ok! Mari kita manfaatkan waktu yang ada untuk mencari sesuatu yang dicari.

Namanya juga perempuan, 2 jam itu berasa 30 menit untuk belanja. Tau-tau sudah pukul 2 lewat, yang dibeli juga tidak seberapa. Saya mulai kalut, dikejar waktu saat belanja demi apapun tidak menyenangkan. Tapi harus segera disudahi karena saya harus bersiap untuk ke bandara, saya juga belum packing, lho. Kenapa ngga packing dari kemarin-kemarin? Au ah. Kalau dibilang bego saya terima, kok.

Gimana sih orang yang lagi panik? Ngerjain apa-apa pasti ngga serius dan ngga bakal selesai. Pukul 14.19 masih aja di Blok M, mau pesan Grab Car pasti saya terlambat.
Ada beberapa opsi yang saya fikirkan.

Pertama, saya harus menempuh jalan Blok M - Cileduk yang macetnya warbyasaa, setibanya di Cileduk melanjutkan kembali perjalanan ke kos setelah itu prepare barang lalu ke bandara. Ini peer banget! No.. Saya pasti ketinggalan pesawat. Kedua, saya, Bella dan kak Mitha pesan Grab Bike or Go Ride menuju Cileduk lalu ke kos prepare barang dan berangkat ke bandara. Ya, saya pilih yang kedua.

Ok, kita memesan dari aplikasi ponsel masin-masing. Sepertinya mas Grab dan mas Gojek sedang laris manis, sekitar 40 menit kita habiskan untuk menunggu mas Grab dan mas Gojek datang. Awalnya mas Gojek dari aplikasi ponsel saya tiba, disusul oleh mas Grab dari aplikasi ponsel Bella, terakhir (dengan bersusah payah) akhirnya mas Gojek kak Mitha tiba. Si Bella yang tadinya menggunakan hot pants, akhirnya diganti dengan celana jeans yang baru dibeli dengan kondisi tak terkancing (yaiyalah, celana baru coy!).

Namanya unpredictable day..

Trio hijau yang sedang membonceng trio cewe gabut berjalan beriringan, awalnya tujuan kita satu, Cileduk. Sampai ketika kak Mitha dapat kabar bahwa kak Reo (sepupu saya) sedang tidak di rumah. Waahh, makin ser-seran saya. What should I do? Hiks..

Entah apa yang ada difikiran mas-mas trio hijau saat itu, saat kami minta berhenti untuk berbicara di pinggir jalan, jalanan yang tadinya lancar menjadi agak kacau akibat ulah trio cewe gabut. Hingga mendapat keputusan akhir, Bella dan Saya langsung saja menuju kos untuk prepare, barang yang ketinggalan di Cileduk akan dikirim menggunakan Go Send. Akhirnya kita berpencar.

Sesampainya di kos pukul 16.10, saya langsung packing barang yang akan dibawa. Cuma butuh waktu 20 menit, artinya saya masih bisa mandi dan sedikit touch up sembari menunggu barang yang dikirim dari Cileduk.

Hingga pukul 17.00 saya belum dapat kabar barang sudah dikirim atau belum. Saat menghubungi kak Mitha, ternyata masih terjebak macet di tol. Mau tidak mau saya harus bergerak menuju bandara, jalanan pasti sangat sesak, terlebih lagi bandara menjadi pusat kesesakan itu. Urusan barang yang tinggal di Cileduk, pengirimannya dialihkan ke Bandara saja.

Saya memesan Grab Car tujuan bandara. Tapi apa? Tarifnya sungguh tak masuk akal, yang biasanya Rp 97.000 - Rp 110.000, menjadi Rp 246.000 (belum termasuk tol). Damn! Berusaha berfikir cepat, yang tadinya saya males banget pakai Bluebird, mencoba-coba kembali -- kali aja ngga sebengkak tarif mobil aplikasi langganan saya.

Tuhan sedang memihak saya, "jalan menuju Bandara Soeta lancar jaya" kata mas Bluebird merekam suaranya yang kemudian dikirim ke obrolan group diponselnya. Saya hanya menghabiskan sebanyak Rp 140.000 sudah termasuk tol.


Jakarta benar-benar tak bisa diprediksi hari itu...   


Tidak ada komentar:

Posting Komentar